Tips Deteksi Dini Gangguan Konsentrasi Pada Anak
Gangguan konsentrasi adalah salah satu penyakit yang mesti diwaspadai dan perlu menjadi perhatian yang serius oleh para orang tua. Mengingat konsentrasi adalah salah satu hal penting yang wajib dimiliki oleh para anak-anak agar bisa menyelesaikan tugas ataupun persoalan dengan baik. Namun banyak juga para orang tua yang belum memahami dengan baik apa itu gangguan konsentrasi.
Pengertian konsentrasi
Konsentrasi yaitu pemusatan pemikiran atau perhatian kepada suatu obyek tertentu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konsentrasi diartikan dengan Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.
Contoh gangguan konsentrasi pada anak
Ada seorang ibu guru yang sedang bicara dengan salah satu murid yang bernama Budi di dalam ruang kelas sekolah.
Ditengah-tengah percakapan tiba-tiba ibu guru berkata kepada Budi. “Oke Budi, Ibu ingin kamu memperhatikan saya sekarang.” Budi menatap sang ibu guru dan berkata, “Saya sedang memperhatikan saat ini, Bu!”
Akan tetapi ketika sang ibu guru menjawab, “Baiklah, lalu apa yang baru saja Ibu guru katakan mengenai pertanyaan no 5?” Budi tidak hanya tidak tahu akan jawabannya, bahkan Budi tidak tahu mengapa ia tidak tahu. Dalam benaknya, Budi berpikir bahwa ia sedang menatap gurunya sehingga ia menganggap dirinya sudah fokus, padahal kenyataannya tidak demikian.
Di atas adalah contoh sekilas tentang gangguan konsentrasi belajar di sekolah. Dan masih banyak lagi gangguan konsentrasi lainnya yang tidak hanya terjadi dalam bidang belajar saja. Namun dalam hal lainnya gangguan konsentrasi bisa saja terjadi.
Dalam memberikan pengobatan gangguan konsentrasi maka dibutuhkan data dan riwayat pada penderita. Dengan mengetahui hal ini maka proses pengobatannyapun bisa dilakukan secara maksimal sesuai dengan gejala yang timbul.
Berikut ini adalah cara deteksi dini gejala gangguan konsentrasi
1. Anak yang memiliki gangguan konsentrasi sering disertai beberapa gejala lain yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu antara lain inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali dia beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain yang lebih menarik.
2. Gejala hiperaktif dengan mudah dapat dilihat dari perilaku anak yang cenderung tidak mau diam. Duduk dengan tenang dan rapi adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk dikerjakan. Anak akan bangkit dan berlari-lari, berjalan mondar mandir, bahkan memanjat-manjat. Selain itu, ia cenderung banyak omong dan suka membuat kegaduhan dan cenderung berisik sehingga akan menggangu orang di sekelilingnya.
3. Gejala impulsif dapat dikenali dengan kesulitan anak untuk menunda suatu respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan yang matang.
Contoh riil dari gejala impulsif yaitu perilaku tidak sabar. Anak tidak bisa sabar untuk menunggu orang lain menyelesaikan pembicaraan. Anak akan suka menyela pembicaraan atau terburu-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan. Selain itu anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Contoh lain dari impulsivitas adalah anak sangat berpeluang untuk melakukan kegiatan yang cenderung berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4. Tampilan klinis gangguan konsentrasi sudah bisa dideteksi sejak dini yaitu sejak usia bayi. Gejala yang harus lebih diperhatikan pada usia bayi adalah bayi yang sangat sensitif terhadap suara dan cahaya, mudah menangis, menjerit, sulit untuk tenang, waktu tidur sangat minim dan sering terbangun ketika tidur, kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu botol, tidak bisa ditenangkan atau digendong, bayi menolak untuk disayang, berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering minta minum, bayi atau anak suka membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala ke belakang dan sering marah berlebihan dan tidak terkontrol.
5. Keluhan lain yang muncul ketika anak besar adalah anak tampak Clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau sering jatuh sendiri, memiliki perilaku aneh dan berubah-ubah yang mengganggu, gerakan cenderung konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya, agresif, Kecerdasan normal atau tinggi tapi prestasi di sekolah sangat buruk.
Bila berada di sekolah anak kurang konsentrasi, aktifitas berlebihan dan tidak bisa tenang, egois dan mudah meledak kemarahannya, nafsu makan lemah. Koordinasi mata dan tangan kurang bagus, susah melakukan bekerjasama, suka memberontak dan tidak mau menurut, suka menyakiti diri sendiri dan mengalami gangguan tidur.
Apabila tanda-tanda ataupun gejala di atas senantiasa berkelanjutan maka anak perlu dilakukan terapi. Terapi sederhana bisa dilakukan dengan menggunakan media bermain. Namun apabila kita masih bingung maka bisa berkonsultasi ke Spesialis ADHD.
Pengertian konsentrasi
Konsentrasi yaitu pemusatan pemikiran atau perhatian kepada suatu obyek tertentu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konsentrasi diartikan dengan Pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.
Contoh gangguan konsentrasi pada anak
Ada seorang ibu guru yang sedang bicara dengan salah satu murid yang bernama Budi di dalam ruang kelas sekolah.
Ditengah-tengah percakapan tiba-tiba ibu guru berkata kepada Budi. “Oke Budi, Ibu ingin kamu memperhatikan saya sekarang.” Budi menatap sang ibu guru dan berkata, “Saya sedang memperhatikan saat ini, Bu!”
Akan tetapi ketika sang ibu guru menjawab, “Baiklah, lalu apa yang baru saja Ibu guru katakan mengenai pertanyaan no 5?” Budi tidak hanya tidak tahu akan jawabannya, bahkan Budi tidak tahu mengapa ia tidak tahu. Dalam benaknya, Budi berpikir bahwa ia sedang menatap gurunya sehingga ia menganggap dirinya sudah fokus, padahal kenyataannya tidak demikian.
Di atas adalah contoh sekilas tentang gangguan konsentrasi belajar di sekolah. Dan masih banyak lagi gangguan konsentrasi lainnya yang tidak hanya terjadi dalam bidang belajar saja. Namun dalam hal lainnya gangguan konsentrasi bisa saja terjadi.
Dalam memberikan pengobatan gangguan konsentrasi maka dibutuhkan data dan riwayat pada penderita. Dengan mengetahui hal ini maka proses pengobatannyapun bisa dilakukan secara maksimal sesuai dengan gejala yang timbul.
Berikut ini adalah cara deteksi dini gejala gangguan konsentrasi
1. Anak yang memiliki gangguan konsentrasi sering disertai beberapa gejala lain yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu antara lain inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali dia beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain yang lebih menarik.
2. Gejala hiperaktif dengan mudah dapat dilihat dari perilaku anak yang cenderung tidak mau diam. Duduk dengan tenang dan rapi adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk dikerjakan. Anak akan bangkit dan berlari-lari, berjalan mondar mandir, bahkan memanjat-manjat. Selain itu, ia cenderung banyak omong dan suka membuat kegaduhan dan cenderung berisik sehingga akan menggangu orang di sekelilingnya.
3. Gejala impulsif dapat dikenali dengan kesulitan anak untuk menunda suatu respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan yang matang.
Contoh riil dari gejala impulsif yaitu perilaku tidak sabar. Anak tidak bisa sabar untuk menunggu orang lain menyelesaikan pembicaraan. Anak akan suka menyela pembicaraan atau terburu-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan. Selain itu anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Contoh lain dari impulsivitas adalah anak sangat berpeluang untuk melakukan kegiatan yang cenderung berbahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
4. Tampilan klinis gangguan konsentrasi sudah bisa dideteksi sejak dini yaitu sejak usia bayi. Gejala yang harus lebih diperhatikan pada usia bayi adalah bayi yang sangat sensitif terhadap suara dan cahaya, mudah menangis, menjerit, sulit untuk tenang, waktu tidur sangat minim dan sering terbangun ketika tidur, kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu botol, tidak bisa ditenangkan atau digendong, bayi menolak untuk disayang, berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering minta minum, bayi atau anak suka membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala ke belakang dan sering marah berlebihan dan tidak terkontrol.
5. Keluhan lain yang muncul ketika anak besar adalah anak tampak Clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau sering jatuh sendiri, memiliki perilaku aneh dan berubah-ubah yang mengganggu, gerakan cenderung konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya, agresif, Kecerdasan normal atau tinggi tapi prestasi di sekolah sangat buruk.
Bila berada di sekolah anak kurang konsentrasi, aktifitas berlebihan dan tidak bisa tenang, egois dan mudah meledak kemarahannya, nafsu makan lemah. Koordinasi mata dan tangan kurang bagus, susah melakukan bekerjasama, suka memberontak dan tidak mau menurut, suka menyakiti diri sendiri dan mengalami gangguan tidur.
Apabila tanda-tanda ataupun gejala di atas senantiasa berkelanjutan maka anak perlu dilakukan terapi. Terapi sederhana bisa dilakukan dengan menggunakan media bermain. Namun apabila kita masih bingung maka bisa berkonsultasi ke Spesialis ADHD.
0 Response to "Tips Deteksi Dini Gangguan Konsentrasi Pada Anak"
Post a Comment