Anak Digital Natives, Lebih Sering Pemarah?
Pandemi Covid19 telah banyak menyebabkan aktifitas kegiatan di luar rumah menjadi terganggu. Baik itu mulai dari pekerjaan kantor hingga aktifitas sekolah, sehingga hal ini banyak yang dilakukan dari rumah. Salah satu fasilitas yang digunakan untuk menunjang Work from home dan sekolah yaitu menggunakan Daring. Hal ini menyebabkan kelengkapan akan gadget ataupun perangkat komputer mutlak diperlukan setelah internet.
Dengan fasilitas gadget bagi anak-anak tentunya merupakan peluang kesenangan bagi dirinya setelah aktifitas Daring sekolah online. Hal yang dilakukan tentunya para anak-anak akan menginstall game pada gadget yang dimilikinya. Dengan alasan Stay at Home mereka akan lebih sering bermain game online. Banyak sekali aneka jenis game online yang tersedia yang bisa didownload secara gratis.
Ada sebuah fakta yang mengejutkan dari sebuah riset yang dilakukan oleh sebuah perusahaan antivirus ternama yaitu Kapersky. Hasil risetnya adalah menyebutkan bahwa empat dari sepuluh para orangtua yang berdomisili di Asia Tenggara meyakini bahwa anak-anak akan memiliki sikap lebih marah setelah anak-anak bermain game.
Keadaan sekarang merupakan era dimana perangkat digital dan internet sangat diperlukan, sehingga anak-anak sekarang dibesarkan dengan lingkungan yang tak terlepas dengan dunia digital dan internet. Hal ini akan lebih cocok apabila kita sebut dengan membesarkan anak-anak Digital Natives.
Anak-anak digital natives akan memiliki lebih banyak miskomunikasi dengan para orangtuanya. Penyebabnya adalah karena kemampuan anak dan kemampuan orangtua dalam memahami trik online yang berbeda jauh. Para orangtua cenderung lebih ketinggalan informasi bila dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkannya.
Generasi Digital Natives adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada di lingkungannya (dimulai tahun 1990)
Sebuah riset yang berjudul "More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones" menyebutkan hal terbaru bahwa ternyata sekitar 760 respondens di Asia Pasifik menyatakan anak-anak sekarang lebih banyak waktu online yang disebabkan oleh kondisi pandemi Covid-19.
Alasan yang disampaikan para orangtua cukup objektif namun ada juga yang sedikit agak berlebihan ketika melihat kondisi anak-anaknya yang lebih sering menghabiskan waktunya dengan bermain game online. Para orangtua ketakutan jika anak-anaknya sering online.
Keadaan sekarang untuk melarang sama sekali anak-anak bermain game online juga bukan keputusan yang tepat. Pelarangan sama sekali bermain game online akan menyebabkan anak-anak merasa diperlakukan secara tidak adil.
Teknik efektif dalam membesarkan anak-anak digital natives bukanlah dengan memberikan opsi pelarangan secara penuh, namun memberikan pengawasan dan pengontrolan ketika anak bermain video game mutlak dilakukan. Bangun komunikasi yang baik dengan anak, baik itu waktu penggunaan perangkat dan pengaturan perangkat. Buat aturan yang jelas sehingga anak-anak bisa mengontrol ketika sedang bermain video game.
Kapan waktu yang tepat untuk melarang anak bermain video game? Pelarangan secara total bisa dilakukan apabila anak mengalami gangguan penglihatan atau anak-anak mengalami perkembangan postur yang tidak seimbang.
Sikap anak yang lebih agresif lebih sering disebabkan oleh alasan lain yang lebih komplek bila dibandingkan dengan efek video game yang anak-anak mainkan. Ketika anak-anak di rumah dilarang bermain video game, maka mereka akan mencarinya di luar ketika tidak ada orangtua. Karena memang kondisi sekarang dunia digital dan internet berada di sekitar kita.
Sebaiknya para orangtua memilihkan game yang sesuai dengan usia anak dan diihat betul rating dari game tersebut. Bangun komunikasi dan kesepakatan dengan anak-anak agar mereka tetap dalam kendali kita dan tidak memberikan efek buruk terhadap perkembangan mereka.
Berikut beberapa tips agar anak-anak tidak kecanduan game dan menjadi lebih pemarah
- Memberikan batasan waktu ketika anak sedang bermain video game
- Menemani anak bermain game dan tidak membiarkannya begitu saja
- Ajak anak melakukan kegiatan fisik lainnya yang menarik
- Membuat kesepakatan aturan yang jelas untuk sama-sama ditaati
- Membat jadwal bermain
Tanda-tanda anak kecanduan game
- Anak-anak meninggalkan aktifitas pokoknya, misalnya makan
- Enggan bermain dengan teman-temannya
- Malas menyelesaikan PR dan tugas lainnya
- Gampang marah
Anak-anak dengan digital natives harus diberikan perhatian lebih dan para orangtua tidak boleh ketinggalan informasi. Bangun kedekatan dengan anak dan komunikasi yang baik agar anak tetap terkontrol. Berikan rambu-rambu yang jelas dan batasan-batasan yang bisa dimengerti anak-anak.
Anak-anak dengan digital natives akan bisa menghasilkan karya positif jika kita mendidiknya dengan benar.
0 Response to "Anak Digital Natives, Lebih Sering Pemarah?"
Post a Comment